KARTUL BAB 2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Plastik
Plastik merupakan bahan polimer sintesis yang dibuat melalui proses polimerisasi. Plastik yang umum terdiri dari polimer karbon saja atau dengan oksigen, nitrogen, klorin atau belerang (Feri Kusnandar, 2010). Untuk membuat plastik dibutuhkan 12 juta barel minyak pertahun dan 14 juta pohon ditebang, karena kantong plastik terbuat dari penyulingan gas dan minyak yang disebut ethylene.
Setiap jenis barang atau produk yang berbahan plastik, setelah dimanfaatkan oleh manusia pada akhirnya akan terbuang dan menjadi sampah (Wied Harry, 2010). Berbagai jenis sampah plastik seperti botol sampo, pembungkus detergent, pembungkus kopi, pembungkus sabun cuci, kantong plastik, bahkan televisi dan komputer telah memenuhi sebagian besar tempat sampah.
Namun sebagian besar sampah plastik seperti pembungkus kopi, detergent, oleh sebagian masyarakat didaur ulang kembali menjadi barang-barang yang bernilai jual seperti tas, dompet, dan aksesoris lainnya. Untuk sampah-sampah berbahan plastik lain seperti botol sampo, komputer atau televisi merupakan sampah-sampah yang dibuang secara berkala, sampah-sampah seperti ini umumnya dibuang ketika sudah tidak terpakai atau rusak dan sebagian dari barang tersebut dapat didaur ulang atau dipergunakan kembali untuk keperluan lain.
Maka yang tersisa adalah sampah kantong plastik. Sampah plastik ini tidak diambil oleh pemulung karena tidak memiliki nilai jual meskipun dapat didaur ulang. Sehingga, sampah kantong plastik ini lebih banyak menumpuk di tempat sampah dan akhirnya dapat membahayakan lingkungan. Apabila lingkungan sudah tidak sehat, maka akan berimbas pula pada makhluk hidup di lingkungan tersebut.
Kantong plastik merupakan plastik yang termasuk ke dalam jenis plastik LDPE (low density polyethylene). Sifat LDPE ini kuat, tembus cahaya, flexible, dan gaya proteksi terhadap uap air tergolong baik. LDPE dapat di daur ulang tetapi sulit di hancurkan alami oleh alam sehingga dalam jangka panjang dapat   menimbulkan pencemaran bagi lingkungan.
Kantong plastik yang beredar di masyarakat memiliki berbagai ukuran dan warna. Pada umumnya semua kantong plastik berbahaya bagi lingkungan, tetapi kantong plastik berwarna memiliki ketebalan yang lebih tipis dibandingkan kantong plastik yang berwarna hitam. Sehingga, plastik berwarna lebih memungkinkan untuk hancur dengan cepat dibandingkan kantong plastik hitam.

2.2 Jenis-Jenis Plastik
  1. PETE atau PET (Polythylene Terephthalate)
PETE atau PET (Polythylene Terephthalate) biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya.
Botol jenis PET/PETE ini direkomendasikan hanya sekali pakai. Bila terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat apalagi panas, akan menyebabkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) dalam jangka panjang.
  1. HDPE (High Density Polyethlylene)
HDPE (High Density Polyethlylene) memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram, dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. HDPE ini biasa dipakai untuk botol susu berwarna putih, tupperware, dan galon air minum.
HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah rekasi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya. Walaupun begitu, HDPE juga direkomendasikan hanya sekali pakai karena pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu
  1. V atau PVC (Polyvinyl Chloride)
V atau PVC (Polyvinyl Chloride) adalh plastik yang paling sulit untuk didaur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap) dan botol-botol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan.
  1. LDPE (Low Density Polythlene)
LDPE (Low Density Polythlene) biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botol-botol yang lembek. Barang-barang dengan LDPE dapat didaur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang dengan LDPE bisa dibilang tidak dapat dihancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimia dengan makanan yang dikemas dengan bahan ini.

  1. PP (Polypropylene)
PP (Polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastk terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum, dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristiknya adalah transparan, tidak jernih atau berwarna, dan cukup mengkilap.
  1. PS (Polystyrene)
PS (Polystyrene) bisa dipakai sebagai bahan tempat makan Styrofoam, tempat minum sekali pakai dan lain-lain. Bahan PS bisa membocorkan bahan styrene ke dalam ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan styrine berbahaya untuk kesehatan otak, menggangu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, dan sistem syaraf. Selain tempat makanan, styrine juga bisa di dapatkan dari asap rokok, asap kendaraan, dan bahan konstruksi gedung.
  1. Other
Untuk jenis plastik other ini ada 4 jenis yaitu SAN (styrene acrylonitrile), ABS (acrylonitrile butadiene styrene), PC (polycarbonate) dan Nylon.
Other (biasanya polycarbonate) bisa didapatkan di dapatkan di tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga, suku cadangan mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat elektronik, dan plastik kemasan Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon.



2.3 Dampak Sampah Plastik Terhadap Lingkungan
Penggunaan plastik dalam kehidupan modern ini terlihat sangat pesat sehingga menyebabkan tingkat ketergantungan manusia pada plastik yang semakin tinggi. Hal tersebut disebabkan plastik merupakan bahan pembungkus yang keliatannya bersih, mudah didapat, dan juga murah harganya. Tetapi dibalik itu, banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahaya dari plastik ini tersendiri.
Menurut Kuncoro Sejati (2009), sampah kantong plastik merupakan limbah yang membahayakan lingkungan karena materialnya sulit di urai oleh alam. Dibutuhkan waktu 80 sampai 200 tahun agar sampah kantong plastik terurai secara alami. Sementara, sampah kantong plastik yang dihasilkan oleh manusia setiap harinya mencapai 26.500 ton per hari dari rata-rata masyarakat Indonesia yang berjumlah 220 juta jiwa.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bahwa total jumlah sampah Indonesia di 2019 akdizan mencapai 68 juta ton, dan sampah plastik diperkirakan akan mencapai 9.52 juta ton, dan hasil penelitian Jeena Jambeck 2015 menyatakan bahwa Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut yang mencapai sebesar 187.2 juta ton. Selain itu dari 192 negara pesisir (termasuk Indonesia), setidaknya sudah membuang sampah ke laut sebesar 12.7 juta ton.
Jika kantong plastik dibuang atau bahkan dibiarkan di tanah, maka kantong plastik tersebut lambat laun dan akan menggangu kesuburan tanah karena kandungan zat kimia yang terkandung di dalamnya yang dapat merusak tanah. Selain itu, kantong plastik tersebut tidak akan hancur di tanah dalam jangka waktu 80 – 200 tahun sehingga tidak dapat menggangu penyerapan air dan menganggu pertumbuhan tanaman. Diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk membuat sampah bekas kantong plastik itu benar-benar terurai. Dibutuhkan waktu 1000 tahun agar plastik dapat terurai oleh tanah dengan sempurna. Ini adalah sebuah waktu yang sangat lama. Saat terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air tanah.
Permusnahan sampah kantong plastik yang selama ini kebanyakan dibakar atau ditimbun ternyata juga berdampak bagi kesehatan udara dan kualitas tanah serta air tanah dan mengancam ekosistem baik pada masa sekarang serta dalam jangka waktu yang panjang di masa depan. Padahal dampak yang ditimbulkan sangat beresiko mengancam kehidupan manusia di antaranya mengganggu rantai makanan, mencemari tanah dan kualitas air tanah, proses pembakaran plastik menyebabkan racun dan menyebabkan polusi udara, mengancamkan kehidupan makhluk hidup baik hewan, tumbuhan bahkan manusia serta banyak lagi kerugian lainnya.
Perlu diwaspadai juga penggunaan plastik dalam industri makanan adalah kontaminasi zat warna plastik dalam makanan. Sebagai contoh penggunaan kantong plastik (kresek) untuk membungkus makanan seperti gorengan dan lain sebagainya. Menurut seorang ahli kimia, zat pewarna hitam ini kalau terkena panas bisa terurai terdegradasi menjadi bentuk radikal, yang akan menyebabkan penyakit. Selain itu, faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup sampai saat ini adalah faktor pembuangan limbah sampah plastik. Kantong plastik telah menjadi sampah yang berbahaya dan sulit dikelola.
Di balik dampak negatif sampah plastik ternyata sampah plastik memiliki dampak positif juga seperti menjadi lapangan kerja untuk sebagian orang, seperti pemulung, pengepul barang bekas juga supir truk sampah. Selain itu sampah plastik juga bisa di konversi menjadi bahan bakar dengan berbagai proses kimia ataupun fisika dan dapat juga di daur menjadi kerajinan tangan yang bernilai tinggi.

2.4 Penanggulangan Sampah Plastik
Ada berbagai macam cara dalam menanggulangi sampah plastik. Ada yang didaur ulang (recycle), ada yang dihancurkan menggunakan cara ramah lingkungan, ada pula yang dibuang di tempat pembuangan akhir sehingga tidak ramah lingkungan. Menanggulangi sampah plastik memang susah-susah gampang. Sebagai hasil dari produk sintetis, sampah plastik tidak mudah dihancurkan secara alami. Butuh waktu yang sangat lama untuk mengurai plastik kembali menjadi unsur alam.
Secara umum masyarakat hanya mengenal cara instan dalam menanggulangi sampah plastik. Sampah-sampah plastik biasanya hanya ditimbun atau dibakar saja. Sampah plastik yang berkualitas dikumpulkan oleh pemulung untuk dijual dan didaur ulang. Sisanya, dibiarkan begitu saja dan menggunung di tempat pembuangan sampah. Banyak metode yang digunakan untuk mengatasi persoalan sampah, namun masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Berikut ini uraian upaya penanggulangan sampah plastik yang dilakukan oleh masyarakat hingga saat ini.
  1. Penanggulangan sampah dengan cara “Dibakar”
Membakar sampah adalah cara sederhana dan paling banyak dilakukan untuk mananggulangi sampah. Pembakaran atau incineration adalah cara yang paling murah untuk menghancurkan sampah plastik, namun sangat tidak dianjurkan karena saat membakar sampah plastik dapat menghasilkan racun. Asap yang ditimbulkan dari membakar sampah plastik adalah berbagai macam racun seperti Karbonmonoksida, Klorin, Dioksin, Benzopirena dan lain-lain. Bila manusia menghirup Dioksin, maka akan rentan terhadap berbagai penyakit diantaranya kanker, gangguan sistem syaraf, pembengkakan hati, dan gejala depresi. Selain itu, cara ini juga akan meningkatkan emisi gas yang potensial menjadi polutan dan menyebabkan efek rumah kaca.
  1. Penanggulangan sampah dengan cara “Ditimbun”
Penimbunan atau Landfilling bukanlah metode yang ideal untuk penanganan sampah plastik. Menanggulangi sampah dengan cara ditimbun sangat dianjurkan jika sampah tersebut dalam kategori 'sampah organik' seperti sampah dedaunan, ranting pohon, kayu, kertas, tisu, koran, dan lain-lain. Namun, menimbun sampah anorganik seperti sampah plastik sangat tidak dianjurkan. Menimbun sampah tidak bisa disamakan dengan 'menanggulangi'. Menimbun sampah plastik hanyalah menyembunyikan dari pandangan mata saja. Selain keterbatasan lahan serta kuantitas plastik yang sangat banyak, penimbunan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Sampah-sampah plastik yang ditimbun tidak akan hancur dalam waktu singkat. Sampah-sampah tersebut akan berada didalam tanah dalam waktu yang sangat lama, bahkan sampah tersebut sangat membahayakan bagi lingkungan dan biota.
3. Penanggulangan sampah dengan cara “Dibuang ke laut”
Cara ini mungkin adalah cara paling ekstrim karena sangat bertentangan dengan etika lingkungan. Perairan merupakan tempat hidup jutaan makhuk hidup, jutaan orang juga menggantungkan hidupnya dari hasil laut. Namun hal ini tidak serta merta dipedulikan karena berbagai macam alasan.
Sampah yang dibuang ke laut dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan membahayakan populasi yang ada di laut. Pada Januari 2018 diberitakan bahwa sampah plastik di laut dimakan ikan teri, dan survei yang telah di lakukan di Universitas Hasanudin Makassar juga menyatakan bahwa 28 persen ikan yang ada di pasar ikan mengkonsumsi plastik. Hal ini tidak menutup kemungkinan biota laut lainnya akan tidak sengaja memakan sampah plastik juga, karena mengganggap plastik tersebut merupakan makanan mereka. Beragam studi menunjukan bahwa penyu laut secara rutin mati ketika bongkahan plastik memblokir saluran pencernaan, dan menyebabkan spesies mati terjerat.
Selain berakibat buruk pada spesies ikan, sampah plastik juga dapat merusak terumbu karang yang sudah terancam punah. Luas terumbu karang total pada 2016 sekitar 2.5 juta Ha, dengan kondisi cukup baik sekitar 37 persen dan kurang baik sekitar 30 persen (Kelautan dan Perikanan dalam Angka, Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2016). Penutupan permukaan laut oleh sampah plastik dapat membahayakan biota laut yang memberikan manfaat sangat besar bagi jutaan penduduk yang hidup dekat pesisir ini. Padahal terumbu karang membutuhkan cahaya matahari agar bertahan hidup.
4.   Penanggulangan sampah dengan cara “3R”
3R (Reduse, Reuse, Recycle,) merupakan cara yang paling efektif dalam penanggulangan sampah plastik. Sampah plastik ditanggulangi dengan cara Reuse (pakai ulang/penggunaan kembali) adalah upaya penggunangan sampah plastik dipakai kembali tanpa perlakuan apa-apa, misalnya untuk dibuat hiasan. Reduce (reduksi sampah) adalah mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah dan terakhir yaitu Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang sampah plastik untuk dimanfaatkan dengan memproses kembali ke proses semula melalu perlakuan fisika, kimia dan biologi menjadi produk baru yang bernilai ekonomis dan dapat diperjualbelikan.
Dari beragam sampah plastik hanya ada beberapa jenis yang bisa di daur ulang. Misalnya saja plastik acrylic yang di dapat dari pulpen dan spare part kendaraan, bisa diulah kembali menjadi toples dan tutup gelas. Ada empat persayaratan untuk mendaur ulang sampah plastik yaitu:
  1. Sampah plastik harus dalam bentuk tertentu sesuai kebutuhan misalnya biji, pelet, serbuk atau pecahan.
  2. Sampah plastik harus homogen artinya terdiri dari jenis plastik yang sama.
  3. Tidak terkontaminasi, tidak tercampur dengan bahan lainnya.
  4. Tidak teroksidasi.
Untuk mengolah kembali sampah plastik paling tidak harus melewati proses sederhana, seperti pemisahan, pemotongan, pencucian, dan membersihkan dari zat-zat lain. Proses tersebut sudah banyak dilakukan di Indonesia dan memiliki kelebihan dibandingkan negara maju. Sebab proses memisahan bisa dilakukan secara manual oleh pemulung, sehingga tidak memerlukan mesin berteknologi canggih yang membutuhkan biaya yang besar.



2.5 Upaya Mengurangi Sampah Plastik
Plastik merupakan salah satu bahan yang sering digunakan oleh masyarakat untuk berbagai hal karena sifatnya yang ringan juga kuat. Selain itu berbagai macam produk (kecantikan, makanan, elektronik bahkan kesehatan) berbahan dasar plastik. Bahkan seringnya digunakan, plastik seolah-olah telah menjadi sebuah kebutuhan yang harus tersedia di masyarakat. Padahal apabila sudah tidak digunakan lagi akan menjadi sampah yang berakibat buruk terhadap makhluk hidup dan lingkungan.
Penggunaan plastik memang sulit dihentikan, namun sangat mungkin untuk dikurangi kan? Tidak ada salahnya kita menerapkan dan memang harus dilakukan yaitu “Diet Plastik” atau mengurangi pemakaian plastik di kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa cara yang bisa diterapkan untuk mengurangi penggunaan plastik:
  1. Membawa tas belanjaan sendiri
Salah satu tindakan sederhana yang bisa dilakukan adalah membawa totebag atau ecobag yang bisa dibawa kemana-mana terutama ketika kamu berbelanja. Dengan membawa tas belanja sendiri kemana-mana, tidak ada lagi tumpukan tas plastik menumpuk di rumah dan yang dibuang begitu saja karena tidak dipakai.
2. Gunakan peralatan makan dan botol sendiri
Biasanya ketika kamu akan membeli makanan atau minuman baik di restaurant cepat saji atau sekedar di tempat makan seperti warteg atau pinggir jalan dan memilih untuk dibungkus saja biasanya akan diberikan banyak plastik untuk membungkus makanannya, apalagi jika membeli makanan dengan jenis berbeda-beda maka banyak plastik yang digunakan. Untuk itu, cobalah membawa kotak makan sendiri sebagai usaha untuk mengurangi plastik sampah. Upaya penguranngan sampah plastik yang satu ini juga membuat kamu terhindar dari bakteri dan virus berbahaya yang terdapat pada wadah atau kemasan makanan yang dijual di pinggir jalan.
3. Kurangi penggunaan sedotan plastik
Dulu dampak sampah plastik yang berasal dari sedotan plastik tidak begitu dihiraukan, sampai beberapa waktu lalu sampah plastik memang terbukti melukai dan membahayakan sejumlah biota laut. Dalam penelitian pun, sampah plastik termasuk penyumbang sampah terbesar di dunia. Beberapa jenis sedotan lain seperti sedotan bamboo, stainless bahkan akrilik dapat dijadikan pengganti sedotan plastik.
4. Menggunakan produk dengan yang dikemas beling kaca atau karton
Sisa kemasan merupakan jenis sampah plastik yang paling banyak di jumpai karena banyak produk-produk makanan dan lainnya yang di packing dalam kemasan. Biasakan diri untuk mengurangi konsumsi makanan yang kemasannya dapat menjadi sampah plastik mungkin bisa diganti dengan kertas karton atau kaca. Selain kaca merupakan produk yang ramah lingkungan, tetapi bisa digunakan kembali untuk kedepannya. Sedangkan untuk kemasan karton bahannya mudah terurai dibandingkan dengan plastik.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KARTUL BAB 3

Membuat Video di youtube.com